Jasa Garibaldi dan Florence Nightingale Untuk Italia

Perjanjian Paris yang mengakhiri perang Crimea hanya sedikit berpengaruh pada stabilitas Eropa. Pemimpin Sardinia-Piedmont, Count Cavour, menggunakan pertemuan di Paris untuk menuntut penyatuan Italia. Pada waktu itu, Italia terdiri dari beberapa negara bagian terpisah, sebagian besar dikuasai oleh Austria. Gerakan untuk memperoleh kemerdekaan, dikenal sebagai Risorgimento yang dimulai pada tahun 1820-an dan 1830 an.



Pada tahun 1858, Sardinia-Piedmont mengikat persekutuan bersama Perancis untuk untuk mengusir Austria keluar dari sebagian besar Italia bagian Utara. Revolusi yang berhasil oleh Guiseppe Garibaldi dan baju merahnya akhirnya membawa persatuan seluruh Italia. 
Italia dinyatakan sebagai kerajaan di bawah Raja Victor-Emmanuel II pada tahun 1861. Roma direbut dan dijadikan ibukota dari Italia yang sudah dipersatukan pada tahun 1871.





Florence Nightingale adalah seorang perawat bangsa Inggris yang bekerja sendiri melakukan revolusi praktik perawatan, sanitasi di rumah sakit, dan kesehatan publik di abad ke 19. Florence dikenal sebagai “Wanita Pembawa Lentera” yang dibawanya di malam hari. Ia biasanya berjalan di koridor rumah sakit, memeriksa semua pasiennya.



Ketika perang Crimea, Nightingdale menjadi tenaga sukarela untuk tugas perawatan, bekerja sama dengan 38 orang perawat di bawah komandonya. Florence mengatur barak rumah sakit setelah pertempuran Inkerman dan dengan memperkenalkan disiplin serta kebersihan di Rumah Sakit Florence mampu mengurangi angka kematian.



Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti karirnya.


Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini mengubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa;

rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam


Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar