Kebiasaan Berbicara itu baik Adanya, Jika Tahu Caranya


Sebelum membahas bagaimana bahasa dapat bersifat bersahabat ataupun bisa menjadi perdebatan, seringkali aku mendengar kata-kata ini "suka-suka aku dong mau ngomong apa","dengarkan dulu aku ngomong, jangan dipotong!!", "kalo ngomong itu disaring, jangan asal jeplak" dan kata-kata lainnya yang begitu hilir mudik ditelinga ku ini dari beberapa percakapan orang satu dan lainnya.

Hm... Apa yang membuat mereka menginginkan omongan/bicaranya didengar, tidak mau digubris, tidak mau dinasehati, ego agar ucapannya sebagai ucapan yang mendominasi ??


aku pikir kalian pun berpikir hal yang sama, yaah ternyata kalian sepemikiran dengan ku.. Jawabannya adalah EGO agar haknya dipenuhi tapi itu wajar-wajar saja sih karena semua manusia memiliki hak untuk didengar, bukan ??

Yang jadi pembicaraanku disini bukanlah menyudutkan akan ego dari si pembicara diatas untuk didengar, tapi bagaimana suara pembicara tersebut bisa menarik perhatian sang pendengar atau mungkin ucapan-ucapan itu malah membuat risih sang pendengar...oke oke aku akan segera ke inti dari pembicaraan kita ini.

Menurut Hal Urban ada 2 jenis bahasa yang mungkin dapat meringankan beban (Thoughful Thirty/ 30 bijaksana ) atau malah meracuni suasana (Dirty Thirty/30 kotor).

Perkataan Penuh Kasih merawat Hubungan Dengan Pasangan

Marilah kita definisikan pasangan sebagai dua orang yang telah membuat komitmen satu dengan yang lain, termasuk mereka secara serius berkencan, bertunangan, hidup bersama, atau menikah. Kunci dari setiap hubungan ini adalah KOMUNIKASI ; apa yang diucapkan oleh kedua orang itu satu sama lainnya dan bagaimana mereka mengucapkannya. Karena percintaan lah biasanya merupakan titik awal bagi dua orang untuk menjalin hubungan untuk berpasangan, kita tahu bahwa keduanya berhati-hati untuk "mengatakan hal-hal yang tepat" pada tahap-tahap awal hubungan.

Bila setiap orang terus-menerus memilih kata-kata dengan hati-hati, kemungkinan besar hubungan tersebut akan berubah dari hal yang baik menjadi lebih baik. Namun seperti yang kita semua ketahui, kita sering kali berhenti mengucapkan "kata-kata manis" setelah sebuah hubungan berhasil dibangun. Para ahli Psikologi dan para penasihat perkawinan mengatakan bahwa kita, para pasangan, biasanya terjerumus ke dalam salah satu atau lebih dari keempat jebakan komunikasi ini :

  1. Mereka (pasangan) jarang berkomunikasi, kadang-kadang secara tidak sadar menganggap pasangannya sebagai perabot yang sekedar ditaruh "disana"
  2. Mereka (pasangan) saling menganggap biasa terhadap pasangannya, sering lupa memberi pengakuan atau mengekspresikan terima kasih.
  3. Mereka (pasangan) menjadi malas secara mental. Alih-alih memilih kata-kata untuk memperkaya hubungan, mereka tergelincir kedalam situasi verbal yang kasar. Perkataan penuh kasih yang tadinya membantu kita membangun sebuah hubungan mulai berkurang dan akhirnya menghilang.
  4. Mereka (pasangan) mulai menggunakan pasangan mereka sebagai tong sampah yang menyimpan hal-hal yang kotor yaitu , berbagi keluhan, kritikan, tuntutan, dan lainnya






Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Related Posts:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar